Dari Wabah Virus Corona Kita Belajar
Wabah Virus Corona memberikan banyak pelajar bagi kita. Virus, yang diberi nama WHO dengan Covid-19, telah menewaskan lebih dari 1100 jiwa. Puluhan ribu telah terinfeksi. Diperkirakan angka ini akan terus bertambah. Pasalnya, belum ditemukan cara yang paling efektif untuk menghentikan penyebarannya. WHO pun telah menetapkan status darurat. Ini karena virus telah meluas di lebih dari 25 negara.
Pelajaran pertama: Begitu lemahnya manusia di hadapan Allah SWT. Manusia sering merasa hebat dengan ilmu, kekayaan dan kekuasaan yang dia miliki. Mereka melupakan Allah, bahkan merasa lebih besar dari Allah SWT. Wabah virus Corono memberikan pelajaran Kemahabesaran Allah. Melalui virus yang tak bisa dilihat dengan mata terbuka, manusia dengan mudah ditimpa penyakit. Bahkan ilmuwan pun sulit untuk mencegahnya. Hingga saat ini belum ada vaksin yang efektif.
Cina, yang sebelumnya membanggakan diri tidak bisa dikalahkan, akhirnya berhadapan dengan virus. Saat perayaan 70 tahun kekuasaan Partai Komunis Cina Presiden Cina Xi Jinping sesumbar tidak ada kekuatan yang bisa menggoyahkan Cina. Kalau sebelumnya, Komunis Cina mengisolasi lebih dari 1 juta Muslim Uighur, di kamp politik Turkistan Timur (Xin Jiang), wabah Corona memaksa rezim komunis Cina mengisolasi lebih dari 50 juta penduduknya di beberapa kota di Cina. Tentu untuk mencegah menyebarnya wabah lebih luas lagi. Manusia memang tak pantas untuk sombong, Allah SWT sendiri telah berfirman (yanga artinya): Manusia diciptakan dalam keadaan lemah (TQS an-Nisa’ [4]: 2).
Tentu virus Corona tidak cukup untuk mengalahkan Cina. Termasuk menghentikan penindasan mereka terhadap Muslim di Turkistan Timur. Umat Islam membutuhkan kekuatan yang seimbang. Sebuah negara adidaya yang disegani Cina Komunis. Negara Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah.
Pelajaran kedua: Setiap pelanggaran terhadap syariah Islam akan berbuah kemadaratan, kerusakan dan kehancuran. Bagaimanapun, penyebaran virus Corona ini tidak bisa dilepaskan dari kebiasaan-kebiasaan yang melanggar syariah dalam masalah makanan dan kebersihan. Misalnya, memakan hewan-hewan liar seperti kelelawar, tikus dan ular. Virus Corona, diduga kuat bermutasi pada kelelawar, berlanjut pada ular dan masuk ke manusia. Pasar Huanan di Wuhan Cina yang banyak menjual hewan-hewan liar ini ditutup oleh Pemerintah Cina karena diduga menjadi tempat penyebarluasan virus ini.
Allah SWT telah memerintahkan kita untuk hanya memakan makanan yang halal dan thayyib; tidak memakan yang menjijikkan (khaba’its).
Imam Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an menjelaskan, makanan thayyib adalah yang suci, tidak najis dan tidak haram.
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menyebut thayyib adalah sesuatu yang baik, tidak membahayakan tubuh dan pikiran.
Imam Syafii menyebutkan thayyib adalah sesuatu yang lezat dan layak untuk dikonsumsi. Allah SWT pun memerintahkan kita memakan rezeki yang baik yang telah Allah berikan dan tidak berlebihan (QS Thaha [20]: 81). Para ulama menjelaskan tidak berlebihan artinya tidak memakan yang haram; tidak mendapatkannya dengan cara yang diharamkan Allah SWT seperti menzalimi pihak lain, termasuk kewajiban bersyukur atas nikmat rezeki seperti makanan yang sudah Allah berikan kepada kita. Pelanggaran terhadap perkara itu akan mendatangkan murka Allah SWT (QS an-Nur [24]: 63).
Sudah seharusnya ini menjadi pelajaran penting bagi kita. Berbagai musibah, juga banyaknya persoalan bertubi-tubi yang datang pada negeri kita ini, selain harus dilihat sebagai ujian dari Allah yang membuat kita harus bersabar, juga terjadi karena syariah Islam tidak diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Banyak pula perkara-perkara yang diharamkan Allah SWT dilanggar. Semua itu berpangkal dari penerapan sistem kapitalisme liberal di negeri kita. Sistem kapitalisme inilah yang telah menjurumuskan negeri ini pada berbagai persoalan.
Karena itu kita mengingatkan kepada mereka yang sombong dengan menentang penerapan syariah Islam, menghentikan propaganda busuk mereka terhadap syariah Islam, menghentikan serangan mereka terhadap Islam. Apalagi dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sesat lagi menyesatkan. Seperti mengatakan haram mengikuti sistem pemerintahan Rasulullah saw. Pernyataan ini jelas sesat, siapapun yang menyatakannya harus bertobat. Bukankah Allah SWT memerintahkan kita untuk menjadikan Rasulullah saw. sebagai teladan yang baik (uswah hasanah)? Bukankah Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menjadikan As-Sunnah sebagai sumber hukum selain al-Quran?
Tentu, mengikuti dan meneladani Rasulullah saw. bukan hanya dalam masalah shalat, shaum, haji atau zakat. Juga dalam persoalan-persoalan muamalah seperti ekonomi, pendidikan, sosial termasuk kenegaraan atau pemerintahan (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 7).
Kita juga mengingatkan, mereka yang menyatakan umat Islam harus bergeser dari Kitab Suci (Al-Quran) ke Konsitusi dalam masalah berbangsa dan bernegara. Ini adalah perkataan yang sesat dan menyesatkan. Perkataan arogan yang tidak pantas diucapkan oleh seorang Muslim. Pasalnya, perkara yang pasti (qath’i), tidak ada keraguan di dalamnya, bahwa Allah SWT telah mewajibkan kita untuk berhukum pada hukum Allah, yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah. Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup kita. Pedoman hidup bukan hanya dalam masalah individu, tetapi dalam semua aspek.
Kami juga mengingatkan, tidak ada jalan lain yang akan menyelamatkan Indonesia dan negeri-negeri Islam lain dari berbagai masalah, kecuali umat Islam kembali menerapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh) di bawah naungan Khilafah Islam ‘ala minhaj an-nubuwwah. Berhukum pada hukum-hukum Allah secara totalitas (kaffah) merupakan bukti keimanan dan wujud ketakwaan umat Islam yang akan mendatangkan kebaikan kepada umat manusia Lihat: QS al-A’raf [7]: 96).
Allahu Akbar! [Farid Wadjdi]
0 Comments