Tak Cukup Dengan Kutukan
Muhammad Rahmat Kurnia
Dalam pidatonya di Gedung Putih, Rabu (06/12), Presiden Trump mengatakan ‘sudah saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibukota Israel’. Dia lalu memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk mempersiapkan pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke al-Quds. Trump berkata, “Saya memenuhi janji yang saya buat dengan mengakui al-Quds ibukota untuk Israel.”
“Tapi, saya merasa aneh. Kok kata Trump, dia sudah membicarakan hal ini dengan beberapa kepala negara Muslim,” tanya seorang kawan terheran-heran.
Saya katakan, memang Presiden AS itu mengaku telah berbicara dengan para penguasa Muslim seperti Salman, Abbas, Abdullah, as-Sisi, Muhammad VI, termasuk Joko Widodo. Karena itu ada satu hal yang dapat kita tangkap: ada kedustaan. Siapa yang berdusta? Ya, salah satu di antara mereka. Bisa Trump, bisa juga para penguasa itu. “Atau kedua-duanya,” ujar kawan itu menimpali.
KH Hafidz Abdurrahman bercerita saat beliau diberi kesempatan oleh Allah SWT berkunjung ke al-Quds (Yerussalem). Beliau mengatakan bahwa sebenarnya jumlah Yahudi di sana sedikit. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Israel kok terlihat kuat dan seolah-olah tidak dapat dikalahkan. “Penyebabnya adalah karena Israel ditopang oleh negara-negara besar. Dulu Israel dilahirkan oleh Inggris saat ia menjadi negara besar. Lalu setelah Perang Dunia II, AS-lah yang menopang mereka,” ungkapnya.
Sekali pun demikian, tidak perlu berkecil hati. “Seandainya Allah membinasakan kaum Israel ini sebagaimana kaum sebelumnya, lalu apa yang tersisa untukmu? Allah SWT sengaja menyisakan Israel ini sebagai lahan jihad bagi kita menolong agama Allah SWT,” ujar Ustadz Abdu Shomad.
Reaksi pun langsung bermunculan. Demo terjadi di mana-mana. Timur Tengah dan Turki membara. Di Indonesia pun berbagai aksi penentangan terjadi dimana-mana, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan sebagainya. Berbagai poster disuarakan seperti “Kami Mengutuk Pernyataan Donald Trump”, “Say No to Donald Trump”, “Solusi Palestina: Khilafah dan Jihad”, dan juga “Jerusalem Capital of Palestine”.
Respon tokoh pun muncul. “Pemerintahan dunia dan negara negara Islam diminta untuk melakukan aksi nyata untuk melawan dan menentang Donald Trump yang rasialis,” tegas salah seorang Ketua MUI, KH Muhyidin Junaidi.
“Itu wajah asli AS yang sejak dulu berpihak kepada Israel yang telah mengusir, membunuh dan merampas hak-hak bangsa Palestina sejak satu abad lalu,” tambahnya.
Sikap yang serupa disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simajuntak. “Bagi kami, apa yang dilakukan oleh AS adalah provokasi untuk melahirkan konflik, terorisme, radikalisme yang lebih besar di Timur Tengah,” kata Dahnil.
“Terang, Amerika Serikat saat ini tidak merawat komitmen perdamaian dunia, bahkan justru terus menjadi provokasi konflik-konflik lebih besar terjadi. Tindakan AS tersebut memperkuat asumsi bahwa Amerika Serikatlah sesungguhnya produsen radikalisme dan terorisme,” tambahnya.
Seorang anak muda bertanya kepada saya, “Ustadz, bukankah kecaman selalu disampaikan? Boikot produknya juga dilakukan? Aksi terjadi berulang? Mengapa kok seakan tidak ada pengaruhnya terhadap Israel?”
Saya menyampaikan kepada dia, kalau menurut KH Rochmat S. Labib, “Yahudi itu tidak mempan dikutuk karena mereka bangsa terkutuk.”
Ya, ketika kita membaca ‘ghayril maghdhûbi ‘alaihym…’ (bukan orang-orang yang terkutuk), menurut beberapa tafsir maksudnya adalah Yahudi.
Saya sampaikan juga kepada dia, yuk kita simak beberapa ayat terkait hal itu di dalam al-Quran surat al-Isra ayat 4-9. Saya sampaikan kepada dia beberapa ayat tersebut (yang artinya):
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا (5) ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا (6) إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (7) عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا (8) إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (9)
Telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: Sungguh kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kalian akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Karena itu jika datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami mendatangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami memberikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka kembali. Kami membantu kalian dengan harta kekayaan dan anak-anak. Kami pun menjadikan kalian kelompok yang lebih besar. Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri. Jika kalian berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri. Jika datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami mendatangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasuki masjid itu pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhan kalian akan melimpahkan rahmat-(Nya) kepada kalian. Sekiranya kalian kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazab kalian) dan Kami menjadikan Neraka Jahanam sebagai penjara bagi orang-orang yang tidak beriman (TQS al-Isra [17]: 4-9).
Bila mengikuti ayat tersebut, bangsa Yahudi itu hanya dapat dikalahkan dengan ‘hamba-hamba Allah yang memiliki kekuatan besar’. Mereka akan dikalahkan dengan jihad. Tidak cukup dengan kecaman, kutukan, boikot produk, dsb. Semua itu dapat dilakukan. Namun, sebagaimana dalam ayat tadi, mereka akan dikalahkan dengan kekuatan. Sejarah pun membuktikan hal ini. Mereka berulang berbuat kerusakan, dan dapat dihancurkan. Satu hal yang akan terjadi adalah: …sekiranya kalian kembali pada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian). Kapan pun mereka melakukan kerusakan di muka bumi, niscaya semua itu akan berujung pada kehancuran mereka. Jadi, optimislah. Namun, memang tidak cukup dengan kutukan. []
0 Comments