Lima Keistimewaan

Allah SWT berfirman (yang artinya): Sungguh Kami menurunkan al-Quran pada Lailatul Qadar. Apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan (TQS al-Qadar [97]: 1-3).

Turunnya al-Quran pada malam yang juga amat istimewa, Lailatul Qadar, tentu menunjukkan bahwa al-Quran adalah kitab yang amat istimewa. Apalagi al-Quran berfungsi sebagai petunjuk (hud[an]) bagi manusia dalam mengarungi kehidupan di alam dunia ini (QS al-Baqarah [2]: 185). Tanpa petunjuk al-Quran manusia bakal tersesat di dunia. Saat tersesat di dunia, mereka tak mungkin dapat meraih surga. Pastinya, mereka bakal menjadi penghuni neraka. Bahkan tanpa petunjuk al-Quran, seorang Muslim tak mungkin berusaha meraih keutamaan puasa Ramadhan, juga mengharapkan keutamaan Lailatul Qadar. Inilah keistimewaan yang pertama: Al-Quran.

Terkait keutamaan Lailatul Qadar, Allah SWT berfirman (yang artinya): Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan (TQS al-Qadar [97]: 3).

Artinya, pahala menghidupkan Lailatul Qadar adalah lebih baik dari pahala ibadah selama kira-kira 83 tahun 3 bulan (Ibnu al-Jauzi, At-Tadzkirah fi al-Wa’zh, 1/218).

Keutamaan Lailatul Qadar juga dinyatakan oleh Rasulullah saw., “Siapa saja yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Karena begitu besarnya keutamaan Lailatul Qadar, Rasulullah saw. mendorong setiap Muslim untuk sungguh-sungguh meraih keutamaan malam tersebut. Beliau bersabda, “Carilah oleh kalian keutamaan Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Begitu besar keutamaan Lailatul Qadar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa Allah SWT merahasiakan keberadaannya. Mengapa? Tidak lain, sebagaimana dinyatakan oleh Imam an-Nasafi, agar kaum Muslim bersungguh-sungguh mencari keutamaan malam tersebut di seluruh malam-malam Ramadhan (Abdurrahman ash-Shafudi, Najhah al-Majâlis wa Muntakhab an-Nafâ’is, 1/162).

Hal senada ditegaskan oleh Imam al-Ghazali. Kata beliau, “Boleh jadi maksud Allah merahasiakan keberadaan Lailatul Qadar adalah untuk meningkatkan kesungguhan manusia dalam mencarinya.” (Al-Ghazali, Ihya’ Ulûm ad-Dîn, 3/121). Ini keistimewaan yang kedua: Lailatul Qadar.

Pertanyaannya: Adakah sesuatu yang lebih utama dari Lailatul Qadar? Jawabannya: Ada. Apakah itu? Tidak lain tafaqquh fi ad-din. Dalam hal ini, Abu Hurairah ra. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah Allah SWT diibadahi (disembah) dengan sesuatu yang lebih utama daripada kepahaman terhadap agama. Sungguh seorang yang paham agama (faqih) lebih berat dihadapi oleh setan daripada seribu tukang ibadah. Segala sesuatu ada tiangnya. Tiang agama adalah fiqih (paham agama).” (HR al-Baihaqi dan ad-Dariquthni).

Abu Hurairah ra., sebagai penutur hadis ini, lalu berkomentar, “Sungguh aku duduk di majelis ilmu satu jam dan aku paham lebih aku sukai daripada menghidupkan Lailatul Qadar.” (Al-Mundziri, At-Targhib wa at-Tarhib, 1/58).

Keutamaan tafaqquh fi ad-din memang luar biasa. Terkait itu, Abu ad-Darda’ berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah SWT akan memudahkan bagi dia jalan ke surga. Para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena meridhai para pencari ilmu. Seorang alim (berilmu) senantiasa dimintakan ampunan kepada Allah oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi. Bahkan dimintakan ampunan oleh ikan-ikan di dalam air. Sungguh keutamaan seorang alim (berilmu) dibandingkan dengan tukang ibadah adalah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan dengan cahaya seluruh bintang-gemintang. Para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Siapa saja yang memperoleh ilmu, dia memperoleh keuntungan yang besar.” (HR Ibnu Hibban).

Rasulullah saw. pun bersabda, “Jika datang kematian (ajal) kepada seorang pencari ilmu, sementara dia dalam keadaan mencari ilmu (hadir di majelis ilmu), maka matinya terkategori mati syahid (mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mati syahid).” (As-Suyuthi, Al-Jami’ ash-Shaghir, 1/86; Al-Munawi, Faydh al-Qadir, 6/238). Inilah kesitimewaan yang ketiga: tafaqquh fi ad-din.

Selain tafaqquh fi ad-din, sebetulnya ada keutamaan amal yang setara bahkan melebihi keutamaan Lailatul Qadar. Ini pun sudah selayaknya bisa diraih oleh setiap Muslim. Apa itu? Jawabannya ada dalam sabda Rasulullah saw., “Berjaga-jaga satu jam di medan perang fi SabililLah adalah lebih baik daripada menghidupkan Lailatul Qadar di samping Hajar Aswad.” (HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).

Bayangkan. Menghidupkan Lailatul Qadar adalah keutamaan. Apalagi dilakukan di tempat yang utama. Di Tanah Suci. Tentu jauh lebih utama. Namun ternyata, berdasarkan hadis di atas, keutamaan tersebut bisa dikalahkan oleh jihad (perang) fi sabilillah meski sekadar berjaga-jaga satu jam saja.

Hadis di atas dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw., ”Maukah kalian, aku beritahu tentang suatu malam yang lebih utama dari Lailatul Qadar? Itulah malamnya seorang penjaga yang berjaga-jaga di suatu wilayah yang menakutkan (di medang perang fi SabililLah) dan dia amat berharap tidak kembali kepada keluarganya (berharap mati syahid, pen.).” (HR al-Hakim). Inilah keistimewaan yang keempat: jihad fi sabilillah.

Masalahnya, bagaimana kita dapat meraih keutamaan jihad/mati syahid, sementara kita saat ini tidak dalam wilayah perang dan berada dalan kondisi damai? Masih bisakah kita meraih keutamaan jihad dan mati syahid?

Tentu bisa. Bagaimana caranya? Tidak lain dengan melibatkan diri di medan dakwah dan amar makruf nahi mungkar. Terutama yang ditujukan kepada para penguasa zalim. Sebabnya, Rasulullah saw. pernah bersabda, ”Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kata-kata kebenaran di hadapan penguasa zalim.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Inilah keistimewaan yang kelima: dakwah dan amar makruf nahi mungkar, khususnya yang ditujukan kepada penguasa.

Wa mâ tawfîqî illâ bilLâh! [Arief B. Iskandar]

 

0 Comments

Leave a Comment

11 + fifteen =

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password