Kasyf al-Khuththath
Salah satu aktivitas politik yang penting dalam perubahan masyarakat yang mendasar (inqilabiyah) menuju tegaknya Khilafah Islam adalah kasf al-khuththath. Caranya antara lain dengan membongkar kejahatan, kebohongan, kesesatan dan perilaku korup para penguasa di negeri Islam; termasuk hubungan mereka dengan negara-negara imperialis seperti Amerika. yang menjadi musuh nyata umat Islam.
Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa mereka tidak layak untuk memimpin umat Islam yang mulia ini. Dengan demikian kepercayaan umat kepada pemimpin seperti ini akan berkurang atau hilang sama sekali. Sebab, selama para pemimpin korup seperti ini dianggap masih layak, apalagi dianggap terpandang dan hebat, keberadaan sistem korup yang mereka jalankan akan tetap kuat. Perubahan pun sulit terjadi. Pasalnya, umat masih percaya pada mereka berikut sistem korup yang mereka jalankan.
Inilah aktivitas penting yang dilakukan Rasulullah saw. ketika membongkar siapa sesungguhnya Abu Jahal, Abu Lahab dan pemimpin kafir Quraisy lainnya. Gelar-gelar buruk yang diberikan kepada mereka menunjukkan siapa sesungguhnya mereka. Abu Jahal yang berarti bapak kebodohan dikenal permusuhannya terhadap kaum Muslim. Tokoh Quraisy lainnya yang dikenal pembenci Islam adalah Abu Lahab, paman Rasulullah saw. sendiri. Dia digambarkan buruk oleh Allah SWT dalam al-Quran (QS al-Lahab [111]: 1 – 4).
Membongkar kejahatan penguasa zalim saat ini adalah sangat penting. Pasalnya, para penguasa negeri Islam—yang sesungguhnya zalim dan tidak layak—sering dicitrakan seolah-olah hebat, bahkan jenius, pemimpin yang berhasil. Padahal semuanya penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Ditambah lagi dengan kehadiran para buzzer bayaran. Mereka kerap memutarbalikkan fakta; membela habis sang penguasa meskipun sudah terbukti kebohongan dan kejahatannya.
Kerap para penguasa dan elit politik di negeri-negeri Islam menampakkan kesan seolah-olah mereka bekerja untuk rakyat, seolah paling setia pada negara. Namun kenyataannya, yang mereka lakukan adalah merampok milik rakyat. Mereka merancang berbagai undang-undang yang memberatkan beban rakyat. Mereka memalak rakyat dengan beban pajak yang semakin berat. Sebaliknya, pemilik modal besar diampuni lewat tax amnesti. Mereka juga membuat undang-undang untuk kepentingan pemilik modal yang menjadi lingkaran oligarki politik mereka. Berbagai undang-undang seperti UU Migas, UU Minerba yang kemudian direvisi, UU Omnibus Law, ditenggarai dirancang untuk kepentingan para pemilik modal. Lewat berbagai cara elit politik merampas hak rakyat dengan korupsi. Bahkan bantuan sosial (bansos) yang seharusnya untuk kepentingan rakyat dikorupsi juga.
Dugaan keterlibatan banyak elit politik dalam bisnis tambang yang menggiurkan juga menjadi sorotan. Seperti dalam Blok Wabu, mereka diduga menggunakan kekuasaannya untuk turut mengambil keuntungan dari kekayaan alam negeri ini yang sesungguhnya milik rakyat dan untuk rakyat.
Yang menimbulkan pertanyaannya, mengapa emas yang tinggal diambil itu masih juga tidak dikerjakan dan Pemerintah masih bertele-tele saja. Padahal blok ini sudah dilepas dan diserahkan kepada Pemerintah. Seharusnya Pemerintah dengan segala kewenangan dan sumberdayanya tidak perlu bertele-tele. Langsung saja dieksploitasi sendiri. Ternyata terbongkar adanya dugaan usaha dari pihak swasta untuk mengelola Blok Wabu ini.
Pada tingkat dunia, Pandora Papers, seperti skandal Panama Papers sebelumnya, mengungkap kesepakatan bisnis dan aset rahasia milik pesohor di seluruh dunia, selain kaum miliarder. Mereka membeli aset atau mendirikan perusahaan cangkang di negara lain. Beberapa elit politik dunia seperti Putin, Tony Blair, termasuk dari negeri-negeri Islam seperti Raja Abdullah (Yordania), anggota lingkaran dalam Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, elit Libanon, keluarga Aliyev yang berkuasa di Azerbaijan, termasuk dalam nama yang muncul dari Pandora Papers. Dari Indonesia, dua menteri utama Jokowi, Luhut dan Airlangga Hartanto, disebut memilik perusahaan di Panama.
Pandora Papers ini oleh banyak pihak dianggap skandal kejahatan. Fergus Shiel, dari ICIJ, mengatakan, “Mereka menggunakan rekening di luar negeri itu, perwalian di luar negeri, untuk membeli ratusan juta dolar properti di negara lain, dan untuk memperkaya keluarga mereka sendiri, dengan mengorbankan warga negara mereka.”
Said Didu mengungkap kalau ada orang membuat perusahaan cangkang, itu memang ada niat mengelabui negara. Menurut Said, perusahaan cangkang adalah perusahaan tempat bersembunyi yang bertujuan untuk menghindari pajak. Perusahaan cangkang ini biasanya didirikan pada negara surga pajak atau suaka pajak, yaitu negara bebas pajak penghasilan (PPH) atau PPH-nya rendah. Perusahaan cangkang ini biasanya juga tidak melakukan kegiatan apa pun hanya tercantum alamat saja.
Lagi-lagi Pandora Papers mengungkap kejahatan, kemunafikan dan kebohongan elit politik dunia termasuk negeri Islam. Lihatlah bagaimana mereka menghindar membayar pajak. Lalu mereka memeras rakyat kecil dengan pajak. Bicara anti korupsi, justru melemahkan pemberantasan korupsi. Mereka bicara menjadi pemimpin demi rakyat, untuk mensejahterakan rakyat, namun tanpa malu memperkaya diri sendiri dengan memiskinkan rakyat. Pada saat rakyat Yordania, Pakistan, Libanon, Indonesia, harus menderita karena kemiskinan akibat sistem kapitalisme yang diterapkan atas mereka, para penguasa mereka justru berlimpah kekayaan dengan cara-cara curang.
Tentu kita tidak boleh diam menghadapi penguasa seperti ini. Diam dengan tidak menyampaikan kebenaran oleh para ulama disebut syaythan akhras (setan bisu). Umat Islam harus bergerak mengubah keadaan. Bukan sekadar mengganti rezim, tetapi juga mengganti sistem kapitalisme liberal yang menjadi sumber masalah. Tentu dengan sistem Islam dengan pemimpin yang amanah.
Allahu Akbar! [Farid Wadjdi]
0 Comments