Stop Anti Islam!

Anti-Islam. Barangkali hal itu tengah terjadi pada masa sekarang. Boleh jadi akibat ketidaktahuan. Mungkin juga disebabkan adanya kepentingan tertentu yang karenanya pura-pura tidak tahu.

Sekadar contoh, kata kafir. Kini, orang yang mengatakan bahwa penganut agama selain Islam merupakan orang kafir dapat dianggap sebagai pengujar kebencian. Kata kafir didudukkan sebagai hate speech alias ujaran kebencian. Padahal bertebaran di dalam al-Quran kata-kata kâfir, kâfirûn, kafara, yakfur[un] dan kata senada lainnya. Bahkan ada satu surat dalam al-Quran bernama surat al-Kafirun. Di awal suratnya pun ada seruan: “Ya ayyuhal kâfirûn…” (Wahai orang-orang kafir).

Ayat yang menggunakan kata ‘al-kâfirûn’ di dalam al-Quran terdapat 17 ayat. Belum lagi dalam bentuk kata lainnya. Betapa banyak kitab-kitab para ulama yang menggunakan kata kafir. “Orang Islam itu sekarang anti terhadap istilah agamanya sendiri,” ujar Pak Sadeli.

Tukang jualan bubur kacang hijau di bilangan Bogor itu pun menambahkan, “Sekarang mah benar-benar jaman edan,” ungkapnya kepada saya.

Sebelumnya, ketika umat Islam menegaskan haram memilih pemimpin kafir, ungkapan ‘haram memilih pemimpin kafir’ dianggap sebagai antikebhinnekaan, intoleransi, bahkan dituding sebagai ujaran kebencian. Padahal di dalam al-Quran, di antaranya surat al-Maidah ayat 51, disebutkan tentang hal tersebut.

Demikian pula ketika perbuatan kaum Nabi Luth (homoseksual dan lesbianisme) ditentang. Para penentangnya disebut sebagai pelaku diskriminasi. Ungkapan ‘perbuatan kaum Nabi Luth’ dituding sebagai ujaran kebencian. Padahal di dalam surat al-Ankabut ayat 28-30 dan surat adz-Dzariyat ayat 31-34 dijelaskan pandangan Islam terhadap sikap suka terhadap sesama jenis itu. Perbuatan itu disebut fâhisyah. Menurut Muhammad al-Hijazi dalam At-Tafsîr al-Wâdhih, esensi fâhisyah itu adalah perbuatan yang sangat keji, buruk, menjijikkan dan sangat membahayakan.

Tak sekadar itu. Kata syariah Islam, cadar dan azan dilecehkan. Sebut saja puisi Sukmawati Soekarno Putri. Dalam puisinya yang ia bacakan pada acara Indonesia Fashion Week 2018 (28/3/18). Konde ibu dibanding-bandingkan dengan cadar. Konde dianggap lebih indah dibandingkan cadar. Kidung dianggap lebih merdu daripada lantunan azan.

Cadar memang tidak wajib, namun pendapat yang mengatakan wajib wanita mengenakan cadar merupakan salah satu pendapat islami. Melecehkan cadar merupakan pelecehan terhadap pendapat islami tersebut. Tampaknya hal ini dilakukan bukan tanpa sengaja. Bagaimana tidak, sebelumnya pun ada sebuah UIN yang hendak mengeluarkan mahasiswi bercadar dari kampusnya. Azan dianggap sekadar sebagai kesepakatan masyarakat untuk memanggil shalat. Padahal azan merupakan ajaran Islam. Tidak heran jika masyarakat bereaksi sangat keras. Ikatan Advokat Muslim Indonesia (IKAMI) menilai puisi itu dapat menimbulkan kegaduhan dan konflik horizontal di masyarakat karena bisa menyinggung umat Islam. Berbagai penentangan dari para seniman Muslim, remaja, hingga emak-emak militan pun bermunculan. Jauh-jauh hari Allah SWT telah mengingatkan (yang artinya): …Telah tampak kebencian dalam mulut-mulut mereka dan apa yang tersembunyi dalam dada-dada mereka lebih besar lagi… (TQS Ali Imran [3]: 118).

Tak berhenti sampai di situ. Istilah partai Allah (hizbulLâh) dan partai setan (hizbusy syaythan) juga dianggap aneh oleh sebagian orang. Tokoh reformasi, Amien Rais mengatakan, “Sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tetapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbulLâh. Untuk melawan siapa? Untuk melawan hizbusy-syaythân,” ujar Amien dalam tausiyah usai mengikuti Gerakan Indonesia Salat Subuh berjemaah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (13/4/18). “Orang-orang yang anti Tuhan itu otomatis bergabung dalam partai besar. Itu partai setan. Ketahuilah partai setan itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya. Namun, di tempat lain, orang yang beriman bergabung di sebuah partai besar namanya hizbulLâh, Partai Allah. Partai yang memenangkan perjuangan dan memetik kejayaan,” tambahnya.

Terjadilah kontroversi tentang dikotomi istilah hizbulLâh dan hizbusy-syaythân ini. Akibat kedua istilah ini Amien Rais dilaporkan oleh Ketua Cyber Indonesia, Aulia Fahmi. Tuduhannya apa? Ujaran kebencian. Kata hizbulLâh disandingkan dengan hizbusy-syaythân dianggap sebagai ujaran kebencian terhadap suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Padahal istilah tersebut jelas disebut di dalam al-Quran. Istilah hizbulLâh disebut di dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 56 dan surat al-Mujadilah ayat 22. Adapun kata hizbusy-syaythân terdapat di dalam surat al-Mujadilah ayat 19. Di sana disebutkan hizbulLâh itu pasti menang, dan hizbusy-syaythân pasti merugi.

Hizbusy-syaythân memiliki ciri antara lain kelompok yang berpaling dari aturan Allah SWT yang karena itu Allah membenci mereka, bersumpah dalam kedustaan, menjadikan sumpahnya sebagai benteng padahal mereka menghalang-halangi orang dari jalan Allah SWT; mereka pun melupakan peringatan dan hukum Allah Rabbul ‘Alamin.

Sebaliknya, Hizbullah merupakan kelompok yang mencintai Allah. Allah pun mencintai mereka. Mereka saling berkasih sayang terhadap sesama Mukmin dan keras terhadap orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah, menyampaikan kebenaran tanpa takut celaan para pencela, berpegang teguh pada aturan Allah dan tidak menjadikannya sebagai bahan permainan atau olok-olok.

Jadi, sebagaimana al-Quran mengkategori-kan Mukmin dan kafir, al-Quran pun mengkategorikan ada hizbulLâh dan hizbusy-syaythân. Artinya, kedua istilah ini merupakan istilah al-Quran.

Namun, aneh memang, istilah-istilah Islam itu kini dianggap asing bahkan dianggap sebagai hate speech.

Karena itu tidak aneh pula muncul kebencian terhadap istilah khilafah. Padahal Khilafah itu ajaran Islam, banyak hadis tentang Khilafah. Pembahasan tentang Khilafah bertebaran di dalam kitab-kitab para ulama. Sejarah Khilafah pun membentang selama 12 abad.

Lalu mengapa mereka anti Khilafah? Sebabnya, saat ini sebagian masyarakat terkena penyakit islamophobia, anti-Islam, bahkan anti terhadap istilah-istilah yang berasal dari Islam.

Menghadapi hal ini, tetaplah kita berpegang teguh pada Islam dan istilah-istilahnya sekalipun panas laksana menggenggam bara api! Terus melaju dalam Islam. Stop anti-Islam! [Muhammad Rahmat Kurnia]


0 Comments

Leave a Comment

one × 4 =

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password