23 Tahun Pembantaian Sebrenica, Potret Dunia Tanpa Khilafah

Dunia pada Juli yang lalu kembali memperingati 23 tahun pembantaian atau genosida Srebrenica. Pada Juli 1995, di daerah Srebrenica, lebih dari 8000 Muslim Bosnia, yang sebagian besar laki-laki, dibantai oleh pasukan Serbia di bawah pimpinan Jenderal Ratko Mladic. Selain pasukan Serbia Bosnia, pasukan paramiliter Serbia Scorpion serta ratusan sukarelawan dari Ukraina dan Rusia juga turut bersalah atas pembantaian ini.

Dari daftar orang hilang dan terbunuh di Srebrenica yang disusun Komisi Federal Bosnia untuk orang hilang tercatat 8.373 nama. Sampai Juli 2012, 6.838 korban sudah teridentifikasi melalui tes DNA. Lebih dari 6000 korban sudah dimakamkan di Pusat Peringatan Potocari sampai Juli 2013. Pada tahun 2005, Kofi Annan, yang saat itu menjabat Sekretaris Jenderal PBB, menggambarkan pembunuhan massal ini sebagai kejahatan terburuk di tanah Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Pada 27 Februari 2007, Mahkamah Internasional menetapkan kejadian ini sebagai sebuah genosida.

Dalang dari peristiwa kejam di Srebrenica adalah Jenderal Republik Srpska (Serbia) berjuluk Si Jagal Bosnia, Ratko Mladic. Ia tumbuh menjadi anggota Liga Komunis Yugoslavia, lalu berkarier di Tentara Rakyat Yugoslavia. Posisinya melejit dari perwira tinggi, Kepala Staf Angkatan Darat, sampai akhirnya ditunjuk sebagai jenderal saat memasuki Perang Bosnia tahun 1992-1995.

Sebagaimana dilaporkan situs tirto.id, mengutip Laporan ICTY, dijelaskan tanggal 11 Juli 1995 pembantaian dimulai dengan cara memisahkan laki-laki berumur 12-77 tahun. Alasannya untuk diinterogasi, namun ini hanyalah dalih agar target bisa dipisahkan dari para perempuan, orang tua, atau sanak keluarga lainnya.

Pembunuhan pertama terjadi di sebuah gudang dekat desa Kravica, lalu berlanjut ke sudut-sudut desa lain. Rombongan korban disuruh berbaris di dekat lubang yang dijadikan kuburan massal, lalu ditembak satu-persatu di bagian belakang kepala. Para tentara kemudian menyasar segala jenis gender dan usia. Tua, muda, orang tua, anak-anak, bahkan bayi. Semua jadi sasaran kekejaman pasukan Mladic. Tak ketinggalan pula kasus pemerkosaan yang dialami korban selamat maupun yang selanjutnya dibunuh.

 

Kegagalan PBB

Genosida terhadap Muslim Bosnia sesungguhnya merupakan cerminan kegagalan dunia internasional di bawah kendali negara-negara kapitalis dunia. Genosida ini tidak bisa dilepaskan dari pembiaran yang dilakukan organ Kapitalisme global PBB. PBB selama ini menjadi alat negara-negara imperialis dunia.

Pembantaian ini tidak bisa dilepaskan dari fakta bahwa pada April 1993, PBB menyatakan daerah enklave yang terkepung di Lembah Drina, Srebrenica, Bosnia timur laut, sebagai “daerah aman” di bawah perlindungan PBB. Namun, pada Juli 1995, Pasukan Perlindungan PBB (United Nations Protection Force/UNPROFOR), terdiri dari kontingen sebesar 400 tentara Belanda (Dutchbat), tidak mencegah pendudukan Srebrenica dan pembantaian yang terjadi setelah itu.

Pada tanggal 6 Juli 1995, pasukan Korps Drina dari tentara Serbia Bosnia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica. Pada tanggal 11 Juli pasukan Serbia memasuki Srebrenica. Anak-anak, wanita dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan kepada pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 untuk “diinterogasi”. Pada tanggal 13 Juli pembantaian pertama terjadi di gudang dekat Desa Kravica. Alih-alih melindungi, pasukan Belanda justru menyerahkan 5000 pengungsi Bosnia kepada pasukan Serbia, untuk ditukarkan dengan 14 tentara Belanda yang ditahan pihak Serbia.

Dalam peringatan 10 tahun Pembantaian Srebrenica, Kofi Annan menyatakan kesalahan utama memang ada pada para pelaku genosida, orang-orang yang mendukungnya, hingga mereka yang mengurus penguburan korban. Namun, ia juga menegaskan bahwa PBB telah membuat kesalahan serius, “yang berakar pada filosofi ketidakberpihakan.” Srebrenica, katanya, akan menjadi tragedi yang selamanya menghantui PBB.

Kegagalan PBB untuk melindungi umat Islam bukanlah pertama kali. Berbagai pembantaian dengan umat Islam menjadi korban tidak bisa dilepaskan dari kebijakan PBB yang berada di bawah kendali Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Hingga saat ini pembantaian terhadap Muslim Palestina terus berlangsung. PBB tidak bisa melakukan apa-apa. Berbagai resolusi yang dikeluarkan PBB terkait Israel lumpuh karena diveto oleh Amerika Serikat.

PBB juga tunduk pada kebijakan Amerika di Suriah, yang telah menyebabkan lebih dari 500 ribu Muslim terbunuh, jutaan harus mengungsi. Meskipun Amerika Serikat telah demikian banyak melakukan pembantain saat menduduki Irak dan Afganistan, PBB tidak bisa berbuat banyak. Malah PBB kadang memberikan legitimasi atas sepak terjang Amerika Serikat melakukan terorisme di seluruh dunia.

 

Ketiadaan Khilafah

Secara internal umat Islam juga sedang menghadapi masalah besar. Tidak lain ketiadaan negara adidaya yang bisa melindungi umat Islam di level internasional. Meskipun jumlah umat Islam lebih dari 1,5 miliar di seluruh dunia, mereka bagaikan raksasa tidur yang tidak bisa berbuat banyak. Ketiadaan kekuatan politik internasional umat Islam menjadi penyebab utama lemahnya umat Islam.

Sudah sangat jelas, berharap pada PBB untuk menyelesaikan masalah umat Islam tidaklah bisa. PBB akan tampil demikian ‘garang’ kalau sejalan dengan kepentingan Amerika Serikat. Sebalinya, PBB tampak sangat lemah tak berdaya kalau Amerika menginginkan hal itu. Keberadaan hak veto negara-negara imperialis di PBB menunjukkan organ ini memang menjadi bagian dari alat negara-negara imperialis. Kebijakan Amerika terhadap Dunia Islam adalah sangat jelas, memerangi dan memusuhi umat Islam.

Selain itu, keberadaan para penguasa negeri Islam yang menjadi boneka negara-negara imperialis memperparah keadaan ini. Alih-alih bersatu untuk melindungi umat Islam dan membebaskan negeri-negeri yang dijajah, para penguasa negeri Islam justru menjadi pion untuk memuluskan kebijakan negara-negara Barat.

Saudi dan sekutunya bukannya mengirim pesawat tempur untuk membombardir pasukan Zioinis Israel, negara ini malah melakukan pembantaian umat Islam di Yaman. Saudi masuk dalam perang ‘sektarian’ yang dikobarkan Amerika dan Inggris di kawasan Timur Tengah. Sama halnya dengan Turki. Lebih banyak beretorika untuk membela Palestina, bukan mengirimkan pasukan tempurnya. Turki lebih memilih menjadi pemain lokal Amerika, memuluskan kebijakan Amerika di Suriah. Pasukannya malah memerangi Kurdi, yang juga adalah Muslim.

Iran juga sama. Berjibaku mempertahankan Bassar Assad dibandingkan membebaskan Palestina dengan mengirim pasukan militernya. Mesir justru membangun dinding baja di sepanjang perbatasannya dengan Palestina, untuk kepentingan zionis Israel. Mesir menghalangi dan mencegah umat Islam di Palestina untuk mendapatkan obat-obatan, makanan dan senjata menghadapi penjajah Israel.

Sudah sangat jelas, umat Islam membutuhkan Khilafah Islamiyah ‘ala minhâj an-nubuwwah. Negara adidaya inilah yang akan mempersatukan kembali Dunia Islam dan melindungi umat Islam dari musuh-musuhnya. Negara ini akan mengatur kembali rakyatnya berdasarkan syariah Islam, yang akan memberikan kebaikan kepada seluruh umat manusia. [Abu Fatih Sholahuddin]

 

 

 

Insert
Pembantaian yang Mengerikan

 

Dalam catatan Pengadilan Den Haag (PDF) atas kasus ini, yang disusun pada Desember 2007, terungkap banyak cerita sedih dari para saksi atau korban yang selamat. Salah satunya adalah Zumra Šehomerovic. Ia menyaksikan kengerian Pembantaian Srebrenica, tepat di depan matanya.

Sehomerovic melihat seorang gadis berusia sekitar sembilan tahun dalam cengkeraman tentara JNA. Seorang tentara menyuruh adik laki-laki sang gadis untuk memperkosa kakaknya. Si adik jelas menolak keras. Tentara ini marah lalu membunuh sang bocah lelaki itu.

“Ada seorang ibu bersama bayinya yang baru berumur beberapa bulan. Seorang tentara JNA menyuruh agar ia menenangkan si bayi yang menangis terus. Upaya si ibu gagal. Lalu tentara itu merebut si bayi dan menyayat lehernya. Ia tertawa. Ada tentara Belanda (UNPROFOR) yang cuma melihat dan tak berbuat apa-apa,” katanya. [AF]

 

0 Comments

Leave a Comment

twelve − three =

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password