Pesan Penting Dari Hizbut Tahrir
Meski Idul Fitri telah berlalu. Ada pesan penting dan relevan yang layak direnungkan oleh kaum Muslim saat ini.
Sebagaimana diketahui, dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri beberapa waktu lalu, ada beberapa poin penting dari Hizbut Tahrir yang perlu kita perhatikan, sebagaimana yang disampaikan Ir. Shalahuddin ‘Adhadhah, Direktur Kantor Media Pusar Hizbut Tahrir, pada Malam Ahad, 1 Syawal 1443 H-1 Mei 2022 M. Pertama: Idul Fitri datang kepada kaum Muslim untuk menghidupkan bagi mereka perasaan gembira. Semoga hal itu meringankan bagi mereka sebagian apa yang mereka derita selama bulan Ramadhan tahun ini. Mulai dari kelaparan yang merajalela di tengah penduduk Afganistan dan Yaman, penistaan terhadap masjid al-Aqsha, aksi pembakaran al-Quran di Swedia sampai kematian seluruh keluarga yang tenggelam di laut Mediterania. Kaum Muslim menghabiskan bulan Ramadhan antara shiyâm dan qiyâm, ketegangan syaraf karena kemarahan dan keperihan hati karena kesedihan.
Kedua: Tragedi yang diderita kaum Muslim saat ini, dalam segala bentuknya, hampir tidak ada yang keluar dari keberadaannya sebagai akibat langsung dari penjajahan atau kondisi penjajahan. Entitas Yahudi didirikan dan dipersenjatai oleh penjajah kafir Barat. Warga Afganistan kelaparan dan negeri mereka dibom atas perintah Barat. Kaum Muslim India dan Kashmir ditumpas dengan izin yang diberikan oleh Amerika kepada pemerintah India. Keluarga-keluarga Muslim mempertaruhkan hidup mereka di laut karena Barat setuju untuk memenjarakan sebagian besar dari kaum Muslim di negeri mereka. Adapun propaganda yang menghina Islam dan kesuciannya, juga tuduhan kepada kaum Muslim ketika mereka berpegang pada syariah Islam, maka negara-negara pertama Barat telah memaksakan semua itu terhadap seluruh negara di dunia.
Ketiga: Makin parah dan makin cepatnya peristiwa yang menimpa umat Islam itu mempercepat tersingkapnya berbagai permainan Barat dan alat-alatnya hingga sampai pada tingkat Barat tidak mampu lagi menghasilkan tokoh-tokoh agen yang mampu menarik perhatian umat di sekitar mereka, seperti yang terjadi pada abad terakhir. Ini hanya berarti satu hal, yaitu bahwa cengkeraman Barat terhadap kekuasaan di negeri-negeri kita telah menjadi rapuh. Tidak ada yang bisa mempertahankannya kecuali upaya Barat untuk mengalihkan perhatian kaum Muslim dan menyibukkan mereka satu sama lain dan dengan kekacauan perkara kehidupan mereka.
Keempat: Kemampuan Barat untuk mengasimilasikan umat Islam ke dalam peradabannya, atau bahkan sekadar memikat Umat Islam dengan ide-ide Barat, telah jatuh ke titik nol. Yang tersisa hanya kekuatan hukum yang coba diterapkan atas umat Islam dengan paksaan. Ini adalah kegagalan peradaban di hadapan Islam.
Adapun di negeri-negeri Barat sendiri, fenomena penolakan hasil Pemilu dan referendum yang melanda ibukota di Amerika, Prancis, dan Inggris sejak beberapa tahun lalu tidak lain adalah penolakan terhadap pergiliran kekuasaan, dan yang mengancam konsepsi pemerintahan kolektif. Ini berarti pengingkaran terhadap doktrin politik demokrasi. Dengan demikian Barat telah menciptakan kondisi untuk menempatkan draft pertama dari kertas obituari peradaban Barat di pusat negerinya sendiri.
Kelima: Hizbut Tahrir menjelaskan penting dan mulianya keberadaan ahlun-nushrah yang mendukung Islam. Sebabnya, merekalah yang mampu mematahkan jari-jemari Barat di negeri kita, mencabut kekuasaan dari cengkeramannya serta mengembalikan kekuasan itu kepada umat Islam. Jika mereka melakukan itu, mengembalikan kekuasaan kepada umat Islam dan memungkinkan Khilafah berpusat di salah satu negeri kaum Muslim yang mampu untuk itu, maka mereka akan membalik halaman sejarah. Nama mereka akan dicatat dalam halaman emas dalam memori dan sejarah umat Islam. Hadiah terbesarnya adalah mereka akan mendapatkan kehormatan yang serupa dengan kehormatan kaum Anshar dari kalangan para Sahabat Rasulullah saw.. Mereka menjadi orang-orang yang mengembalikan metode kenabian ke dunia. Rasulullah saw. telah menutup ucapannya yang terkenal tentang pergantian kondisi pemerintahan dengan pemerintahan Islam. Beliau bersabda: “…Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.”
Keenam: Hizbut Tahrir menjelaskan tentang dua fakta mendasar pada umat saat ini:
- Umat haus akan persatuan politik, layaknya orang yang kehausan di padang gurun.
- Persoalan kemuliaan Islam sudah mengakar di lubuk jiwa kaum Muslim.
Persatuan islami dan kemuliaan islami tidak akan tercapai kecuali dengan tegaknya negara Islam, yakni Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Khalifah Umar Ibnu al-Khaththab ra., berkata, “Kita dulu adalah kaum yang paling hina. Lalu Allah memuliakan kami dengan Islam. Karena itu betapapun kita mencari kemuliaan dengan selain apa yang dengannya Allah telah memuliakan kita, niscaya Allah menghinakan kita.”
Terakhir, Hizbut Tahrir menyerukan kepada Ahlul Quwwah untuk mendukung perjuangan menegakkan Khilafah:
“Apa yang Anda tunggu lebih baik dari kesempatan seperti itu?! Sungguh ini adalah Hari Raya Idul Fitri yang penuh berkah. Karena itu perhatikanlah untuk menghidupkan perasaan gembira dengan hari raya pada setiap rumah, kampung dan kota. Dengan begitu hari raya ini menjadi pembaru yang memperbarui tekad Anda, menjadi kabar gembira untuk masa depan Anda dan menjadi kepedihan di hati musuh-musuh Anda. Berikutnya, kita berjuang bersama-sama dengan energi baru untuk menegakkan Khilafah kedua yang mengikuti manhaj kenabian.”
AlLâhu Akbar! [Farid Wadjdi]
0 Comments