Pengkhianatan Terbuka Penguasa Muslim

Pengkhianatan para penguasa negeri Islam makin terbuka. Hal ini tampak dari normalisasi Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan entitas penjajah Yahudi. Sesungguhnya ini merupakan pengkhianatan terbuka terhadap umat Islam Palestina dan al-Quds, tanah yang diberkahi. Hubungan diam-diam sebenarnya sudah terjadi selama ini dengan entitas penjajah Yahudi. Tidak adanya tindakan nyata yang dilakukan penguasa negeri Islam selama ini untuk membebaskan Palestina dari penjajahan sesungguhnya sudah merupakan bentuk kejahatan dan pengkhianatan.

Penguasa negeri Islam selama ini lebih banyak berretorika. Seolah menunjukkan sikap simpati terhadap penderitaan rakyat Palestina. Namun, tak ada aksi nyata untuk menghapuskan penjajahan terhadap Palestina. Padahal penjajahan entitas Yahudi itulah yang menjadi akar persoalan penderitaan rakyat Palestina. Karena itu tindakan yang semestinya adalah mengirimkan pasukan militer berperang melawan Yahudi. Namun, hal itu tak pernah mereka lakukan.

Iran kerap bersuara menentang entitas penjajah Yahudi. Namun, itu hanya berhenti pada retorika. Turki seolah menjadi pembela rakyat Palestina. Namun, hingga saat ini Turki masih memiliki hubungan diplomatik dengan entitas penjajah Yahudi itu. Beberapa kerjasama militer dan hubungan ekonomi juga masih dilakukan. Yordania dan Mesir sudah sejak awal melakukan normalisasi dengan penjajah Yahudi. Mesir berdamai dengan penjajah Yahudi saat di bawah penguasa militer Anwar Sadat (1979). Yordania melakukan hal yang sama saat di bawah Raja Hussein (1994).

Saudi di bawah pemimpin defacto Bin Salman juga semakin cenderung untuk melakukan normalisasi. Bentuk dukungan Saudi tampak dari pemberian izin penerbangan antara UEA dan Israel termasuk terhadap pesawat Israel. Hingga saat ini tidak ada kecaman dari Kerajaan Saudi terhadap normalisasi ini. Mengingat kedekatan elit Saudi dan UEA serta Bahrain selama ini, banyak yang menduga, normalisasi ini terjadi di bawah restu Saudi. Tampaknya, normalisasi Saudi dengan penjajah Yahudi hanya menunggu waktu.

Berbagai pengkondisian untuk normalisasi sepertinya sudah dilakukan. Banyak pihak yang menyorot, khutbah Jumat Imam as-Sudais (4/9), dimaknai sebagai bagian dari upaya legalisasi normalisasi. Dilansir Middle East Eye, Senin (7/9), dalam khutbahnya, as-Sudais mengajak jemaah untuk menghindari kesalahpahaman tentang keyakinan yang benar di hati, yang berdampingan dengan hubungan yang sehat dalam pertukaran antarpribadi dan hubungan internasional. Lebih lanjut, dia memaparkan beberapa kisah dari kehidupan Nabi Muhammad saw. yang menjaga hubungan baik dengan Yahudi.

Khutbah ini disorot karena disampaikan saat tekanan Trump bagi normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi menguat. Banyak yang mempertanyakan mengapa Imam as-Sudais tidak mengangkat sikap tegas Rasulullah saw. terhadap Yahudi ketika beliau mengusir dan memerangi Yahudi di Madinah? Rasulullah saw. memerangi dan mengusir Yahudi Bani Qainuqa. Pasalnya, mereka melecehkan seorang Muslimah dan membunuh seorang laki-laki Muslim yang membela kehormatan Muslimah itu. Rasulullah saw. memerangi Yahudi Bani Nadhir karena berusaha membunuh Rasulullah saw. Yahudi Quraizah diperangi karena berkhianat. Mereka bersekutu dengan musuh saat Perang Ahzab. Saat itu Rasulullah menghukum mati laki-laki dewasa. Beliau juga mengirim 1400 pasukannya untuk menyerang pemukiman Yahudi di Khaibar.

Bukankah saat ini entitas penjajah Yahudi melakukan hal yang sama bahkan lebih keji terhadap kaum Muslim Palestina? Mengusir jutaan rakyat Palestina, membunuh rakyat Palestina, menggusur pemukiman rakyat Palestina yang sudah lama dihuni, mengisolasi dan membombardir Gaza. Apakah ini tidak lebih dari cukup untuk menyerukan kewajiban perang melawan penjajah Yahudi?

Padahal negara-negara itu sesungguhnya memiliki kemampuan lebih dari cukup untuk melakukan tindakan militer. Terbukti Saudi bersama-sama negara Teluk bisa melakukan tindakan militer terlibat dalam perang Yaman yang telah membuat penderitaan Muslim di sana bertambah. Iran bisa mengirimkan pasukan pengawal revolusinya dan menggerakkan partai sekutunya di Lebanon untuk membela rezim kejam Bashar Asad. Turki bisa mengerahkan pasukan di sekitar perbatasan Suriah untuk memerangi milisi Kurdi. Bahkan Turki dan Mesir diduga terlibat langsung secara militer dalam gejolak di Libya. Pertanyaannya, mengapa pasukan-pasukan itu tidak bisa dimobilisasi untuk membebaskan Tanah Palestina yang terjajah?

Pengkhianatan yang sama dilakukan penguasa negeri Islam dengan tidak melakukan aksi nyata terhadap penderitaan umat Islam lainnya di Turkistan Timur yang dijajah Cina Komunis, penderitaan Muslim Rohingya di Myanmar, Muslim Pattani di Thailand Selatan, Muslim Moro di Philipina Selatan. Penguasa negeri Islam malah berangkulan dan bekerjasama erat dengan negara-negara penindas umat Islam ini.

Pengkhianatan nyata lain dari penguasa negeri Islam adalah tidak melakukan aksi nyata saat kemuliaan Islam, al-Quran dan Rasulullah dilecehkan oleh orang-orang kafir. Penerbitan kembali kartun yang menghina Rasulullah saw. di Prancis, juga pelecehan dan pembakaran al-Quran di beberapa negara Skandinavia, tidak disikapi dengan tegas oleh para penguasa negeri Islam. Untuk mengecam secara tegas saja lidah penguasa negeri-negeri Islam seolah kelu. Kalaupun ada yang mengecam, nyaris tidak memberikan pengaruh apapun. Padahal semua pelecehan ini sesungguhnya di bawah restu para penguasa Barat baik langsung ataupun tidak.

Mereka berani bertindak semena-mena dan seenak mereka terhadap umat Islam. Pasalnya, mereka tahu di tengah-tengah umat Islam tidak ada lagi kekuataan politik. Itulah negara adidaya Khilafah yang akan menggerakkan tentara dan rakyatnya jika Islam dan umat Islam ditindas dan dihina. Mereka tahu persis itu!

Alhasil, apa yang diserukan Hizbut Tahrir kepada umat sudah seharusnya kita dengarkan dan pikirkan. Terkait dengan normalisasi ini dalam nasyrah-nya disebutkan, “Sesungguh-nya perkara ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang menjadikan generasi awal baik: pemerintahan yang memerintah dengan apa yang telah Allah SWT turunkan dan para tentara yang mengguncang musuh-musuh Allah. Perkara ini tidak akan terjadi kecuali dengan kembalinya Khilafah ar-Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. Khilafah akan membasmi entitas Yahudi yang mengotori Palestina yang suci lebih dari tujuh puluh tahun. Berikutnya, Palestina seluruhnya akan kembali ke pangkuan negeri Islam, menjadi negeri yang mulia di dalam negara yang mulia, Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Sungguh, ini pasti terjadi dengan izin Allah.” Allahu Akbar! [Farid Wadjdi]

 

 

 

0 Comments

Leave a Comment

three × two =

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password