Pos Khusus Zakat di Baitul Mal (Telaah Kitab Muqaddimah ad-Dustûr Pasal 143-Lanjutan)
(Telaah Kitab Muqaddimah ad-Dustûr Pasal 143-Lanjutan)
Poin keempat dalam pasal ini dibahas mengenai penempatan zakat pada pos khusus Baitul Mal. Pada dasarnya, setiap harta yang kaum Muslim memiliki hak di dalamnya dan tidak ditetapkan secara spesifik siapa pemilik harta tersebut menjadi hak Baitul Mal. Setiap harta yang wajib dipergunakan untuk kemaslahatan kaum Muslim merupakan hak yang wajib ditunaikan oleh Baitul Mal.
Adapun harta zakat, meskipun ia termasuk harta yang seluruh kaum Muslim memiliki hak di dalamnya, syariah telah menentukan secara spesifik siapa yang berhak atas harta tersebut. Benar, syariah telah menentukan siapa saja yang berhak atas harta zakat tatkala menjelaskan golongan-golongan yang berhak mendapatkan zakat. Allah SWT berfirman:
۞إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ لِلۡفُقَرَآءِ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡعَٰمِلِينَ عَلَيۡهَا وَٱلۡمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمۡ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَٱلۡغَٰرِمِينَ وَفِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِۖ ٦٠
Sungguh zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, muallaf, budak, orang-orang berhutang, jihad fi sabilillah dan ibnu sabil (QS at-Taubah [9]: 60).
Ayat ini membatasi pos-pos pengeluaran zakat hanya kepada 8 golongan di atas. Zakat tidak boleh diberikan kepada selain 8 golongan ini. Sebabnya, kata innamâ merupakan adâtul hashr wa al-qashr (alat yang berfungsi untuk membatasi). Setelah itu ada huruf lam al-milki. Ini menunjukkan adanya pembatasan siapa yang berhak menerima zakat. Dalam keadaan seperti ini harta zakat tidak termasuk hak dari Baitul Mal. Sebabnya, harta zakat menjadi hak hanya bagi 8 golongan yang disebut di dalam ayat. Tidak untuk seluruh kaum Muslim. Baitul Mal hanya menjadi tempat untuk menyimpan dan menjaga harta zakat. Tidak berhak atas harta zakat.
Dari Anas ra. dituturkan bahwa pernah ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw.: “Jika aku menyerahkan zakat kepada utusanmu, apakah aku telah terbebas dari (siksa) Allah dan Rasul-Nya dengan sebabnya (membayar zakat)?” Beliau menjawab:
نعم إذا أديتها إلى رسولي فقد برئت منها إلى الله ورسوله، ولك أجرها وإثمها على من بدلها
“Ya. Jika engkau membayarkan zakat kepada utusanku maka engkau telah terbebas dari (kewajiban) zakat dan engkau berhak mendapatkan pahala zakat, sementara dosa ditimpakan kepada orang yang menggantinya.” (HR Ahmad).
Basyir bin al-Khashashiyyah berkata:
قلنا: يا رسول الله، إن قومًا من أصحاب الصدقة يعتدون علينا أفنكتم من أموالنا بقدر ما يعتدون علينا؟ فقال: لا
Kami pernah bertanya, “Ya Rasulullah, sungguh suatu kaum petugas zakat telah melampaui batas kepada kami. Lantas apakah kami boleh menyembunyikan harta-harta kami sekadar dengan apa yang mereka telah melampaui batas kepada kami?” Rasulullah saw. menjawab, “Jangan!” (HR Abu Dawud dan ’Abdur Razzaq).
Hadis-hadis di atas menjadi dalil bahwa zakat wajib diserahkan kepada Khalifah. Khalifah berwenang mengutus para wali dan para amilnya untuk memungut zakat, lalu membagikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya (mustahiq) berdasarkan pendapat dan ijtihadnya.
Tempat menyimpan harta zakat adalah Baitul Mal. Namun, Baitul Mal hanya dijadikan tempat untuk menyimpan dan tidak berhak sama sekali atas harta zakat. Sebabnya, zakat tidak disalurkan kecuali pada pos-pos yang telah ditetapkan oleh syariah.
Di dalam Baitul Mal dibuat pos khusus untuk harta zakat. Harta zakat termasuk pemasukan Baitul Mal karena zakat wajib diserahkan kepada Khalifah. Masyarakat dikenai sanksi jika menunda pembayarannya. Hanya saja, zakat bukanlah harta yang boleh dipergunakan berdasarkan pendapat dan ijtihad seorang Khalifah secara mutlak tanpa ada batasan. Pendapat dan ijtihad Khalifah dalam pengaturan zakat dibatasi dengan nas-nas syariah yang tidak boleh ia lampui.
Poin kelima, zakat tidak diberikan kecuali kepada 8 golongan yang disebut di dalam al-Quran. Allah SWT berfirman:
۞إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ لِلۡفُقَرَآءِ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡعَٰمِلِينَ عَلَيۡهَا وَٱلۡمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمۡ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَٱلۡغَٰرِمِينَ وَفِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِۖ ٦٠
Sungguh zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, muallaf, budak, orang-orang berhutang, jihad fi sabilillah dan ibnu sabil (QS at-Taubah [9]: 60).
Zakat tidak boleh diberikan kepada selain dari delapan ashnaf di atas. Kata innamâ berfaedah untuk membatasi. Artinya, zakat hanya berhak diberikan kepada 8 golongan tersebut. Atas dasar itu, Nabi saw. bersabda:
لاَ تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِىٍّ وَلاَ لِذِى مِرَّةٍ سَوِىٍّ
Tidak dihalalkan zakat untuk orang kaya dan orang-orang yang memiliki kemampuan (HR Abu Dawud).
Abdullah bin Mas’ud ra. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَسْأَلُ مَسْأَلَةً، وَهُوَ عَنْهَا غَنِيُّ، إِلا جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كُدُوحًا، أَوْ خَدْشًا، أَوْ خُمُوشًا في وَجْهِهِ قِيْلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا غِنَاهُ، أَوْ مَا يُغْنِيهِ؟ قَالَ: خَمْسُونَ دِرْهَمًا، أَوْ حِسَابُهَا مِنَ الذَّهَبِ
“Tidak seorang pun yang meminta-minta sesuatu padahal ia kaya, kecuali pada Hari Kiamat ia datang dalam keadaan mukanya luka, terkoyak dan terkelupas.” Kemudian Rasulullah ditanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang dapat dikatakan kaya atau apa yang menyebabkan dia (pantas) dikatakan kaya?” Rasulullah menjawab, “Ia mempunyai 50 dirham atau emas yang setara (dengan 50 dirham).” (HR al-Khamsah).
Artinya, siapa saja mempunyai 50 dirham perak, yaitu 148,75 gram perak atau emas dalam hitungan yang setara, dan merupakan kelebihan dari makanannya, pakaiannya, tempat tinggalnya, nafkah keluarganya, anaknya serta pembantunya, maka dia dianggap kaya, sehingga tidak boleh menerima harta zakat.
Abu Sa’id ra. berkata bahwa Rasulullah saw. juga pernah bersabda:
لاَ تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِىٍّ إِلاَّ فِى سَبِيلِ اللهِ
Zakat tidak dihalalkan untuk orang kaya, kecuali orang kaya yang (berjihad) fi sabilillah…. (HR Abu Dawud).
Dalam riwayat lain disebutkan:
لِغَازٍ فِى سَبِيلِ اللهِ
…atau bagi prajurit yang berperang fi sabilillah (HR Abu Dawud).
Dengan demikian zakat tidak boleh dikeluarkan untuk mendirikan masjid-masjid, rumah sakit-rumah sakit, sarana-sarana umum, atau salah satu kepentingan negara maupun umat. Sebabnya, zakat itu milik khusus delapan ashnaf. Khalifah mempunyai wewenang dalam mempertimbangkan penyaluran zakat kepada delapan golongan ini sesuai dengan ijtihad dan pendapatnya. Hal ini telah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para Khalifah setelah beliau. Khalifah boleh membagikan zakat kepada seluruh golongan tersebut secara merata. Khalifah juga boleh membatasi pemberian zakat kepada sebagian golongan saja.
WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Gus Syams]
0 Comments