Pengantar [Kepahlawanan Umat Islam]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, salah satu peristiwa sejarah yang penting di negeri ini adalah Peristiwa 10 November 1945. Dalam peristiwa tersebut, rakyat negeri ini berusaha melakukan perlawanan dengan keras terhadap kaum penjajah yang mencoba masuk kembali untuk menjajah negeri ini, yang baru saja memproklamirkan kemerdekaannya. Banyak yang gugur. Sebagian besar tentu umat Islam. Mereka terpanggil kembali untuk melakukan perlawanan terhadap kaum penjajah, terutama setelah pendiri NU, Syaikh Hasyim Asy’ari, mengeluarkan ‘Resolusi Jihad’.

Tentu perjuangan dan perlawanan umat Islam terhadap kaum penjajah tak hanya terjadi pada 10 November 1945. Sejak kaum penjajah menginjakkan kakinya di Bumi Nusantara ini, sejak itu pula yang bangkit pertama kali melakukan perlawanan adalah umat Islam. Tidak aneh jika sebagian besar pahlawan negeri ini adalah dari kalangan tokoh-tokoh Islam. Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Patimura, Cut Nyak Din, Kemalahayati, dan masih banyak yang lain adalah para pahlawan Islam. Karena itu berbicara tentang kepahlawanan di negeri ini tak mungkin bisa dilepaskan dari kepahlawan umat Islam.

Sayang, selalu ada upaya untuk mengecilkan peran umat Islam—yang sesungguhnya amat besar—di negeri ini. Pelakunya siapa lagi kalau bukan rezim dan kelompok sekular yang anti Islam. Salah satu contohnya ‘Resolusi Jihad’ yang dikeluarkan oleh Hasyim Asy’ari. Resolusi ini nyaris jarang disinggung dalam konteks Peristiwa 10 November 1945 yang di kemudian hari hingga sekarang dijadikan sebagai Hari Pahlawan. Padahal tak mungkin ada peristiwa bersejarah tersebut tanpa ada ‘Resolusi Jihad’.

Contoh lainnya: Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei yang merujuk pada hari pendirian organisasi Boedi Oetomo. Bukan merujuk pada hari pendirian Sarekat Islam (SI). Padahal jelas, SI didirikan untuk menentang penjajahan Belanda waktu itu. Para anggotanya dari berbagai kalangan. Jumlahnya pun ratusan ribu orang. Sebaliknya, Boedi Oetomo lebih merupakan organisasi sektarian. Bersifat elitis Jawa. Sama sekali didirikan tidak dalam rangka menentang penjajahan.

Tentu masih banyak contoh lain terkait upaya mengkerdilkan peran dan kepahlawanan umat Islam. Karena itu penting untuk menyingkap sejelas-jelasnya peran dan kepahlawanan umat Islam sepanjang sejarah bangsa dan negeri ini. Tentu agar menjadi pengingat dan penyemangat bagi perjuangan generasi saat ini.

Di seputar itulah tema utama al-waie kali ini. Selain tema menarik lain lainnya. Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

 

0 Comments

Leave a Comment

two + 4 =

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password