Kriminalisasi dan Monsterisasi Khilafah

Tak henti-hentinya rezim saat ini terus memerangi Islam dan kaum Muslim. Setelah mengkriminalisasi ulama, membubarkan ormas Islam dengan Perppu—yang kemudian disahkan DPR menjadi UU—kini rezim begitu sibuk melakukan kriminalisasi terhadap ajaran Islam yang agung: Khilafah Islamiyah.

Khilafah dituduh sebagai ideologi radikal. Padahal Khilafah bukanlah ideologi. Istilah radikal pun sampai detik ini sengaja dibuat tidak jelas serta selalu dimonsterisasi, dikonotasikan buruk dan dialamatkan pada Islam. Khilafah adalah ajaran Islam sebagaimana shalat, zakat, haji, puasa dan lainnya. Tidak ada istilah ideologi khilafah sebagaimana tidak ada istilah ideologi shalat, ideologi zakat, ideologi puasa, atau ideologi haji. Mengidentikan Khilafah dengan ideologi radikal yang dikonotasikan buruk sama artinya mengkonotasikan Islam sebagai sebuah agama yang buruk. Na’ûdzubilLâh.

Khilafah juga dituduh anti keragaman, bersifat ekslusif, hanya untuk orang Islam dan akan menyebabkan perpecahan. Ini pernyataan bodoh dan gagal paham. Padahal fakta sejarah menunjukkan bahwa Khilafah menaungi aneka ragam agama, suku dan budaya. Sejak awal Rasulullah saw. membangun peradaban Isam, hidup di tengah-tengah mereka kaum Yahudi dan Nasrani. Tidak ada diskriminasi di dalam masyarakat yang hidup dalam naungan Khilafah. Keragaman, kebhinekaan dan persatuan terwujud dalam naungan Khilafah. Sungguh penuduh itulah sejatinya yang harus bercermin dan belajar bagaimana Khilafah menaungi kebhinekaaan dan mewujudkan persatuan. Manusia yang beragam adalah ciptaan Allah SWT. Khilafah adalah sistem buatan Allah SWT yang tentu kompatibel untuk menaungi keragaman ciptaan-Nya.

Khilafah juga dituduh akan menghancurkan NKRI yang sudah menjadi kesepakatan. Penuduh itu buta dan tuli atas realitas OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang telah menyandera 1.300 warga Indonesia di Papua. Selain itu, telah, sedang dan terus berlangsung penghancuran NKRI oleh pejabat yang terus melakukan korupsi, menjual aset negara dan terus menumpuk utang hingga Rp 4.000 triliun, yang menjadikan kedaulatan negara tergadaikan. NKRI mati harga! Semua itu tidak terjadi karena Khilafah dan bukan oleh para pejuang Khilafah. Yang lebih miris, mereka yang selama ini mengklaim penjaga NKRI nyatanya selalu sibuk mempersekusi pengajian dan buta-tuli atas tindakan separatis OPM.

Khilafah juga dituduh akan menjadikan Indonesia seperti Suriah dan Irak akibat ISIS. Padahal kehancuran di Suriah dan Irak adalah hasil penjajahan Amerika dan sekutunya. Masyarakat Suriah menderita bukan karena di sana ada Khilafah. Justru tumpahnya darah lebih dari 500.000 kaum Muslim karena kekejaman rezim Bashar Assad yang didukung penuh oleh Barat. Irak hancur karena keserakahan Amerika dalam melampiaskan sahwat pebisnis mereka dalam mengejar rente. Apa yang dilakukan ISIS pun selama ini jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. ISIS dengan “ideologi takfiri-nya” sibuk mengkafirkan selain kelompok mereka. Bahkan ISIS juga telah membunuh dan memerangi mereka yang tulus menginginkan kehidupan dalam naungan Khilafah yang sebenarnya. ISIS tidak lebih dari tumbal Barat untuk menyerang negerinegeri Islam secara fisik.

Agenda Global

Setelah Uni Sovyet bubar dan Sosialisme-Komunisme ambruk sebagai ideologi dunia, Amerika sebagai penghela ideologi Kapitalisme kemudian menjadikan ideologi Islam sebagai musuh tunggalnya. Ajaran ideologi Islam yang mereka anggap paling berbahaya adalah Khilafah.

Lord Curzon, Menteri Luar Negeri Inggris pada masa keruntuhan Khilafah, mengatakan, “Kita telah menghancurkan Turki dan Turki tidak mungkin akan kembali bangkit. Sebabnya, kita telah menghancurkan dua kekuatannya, yakni Islam dan Khilafah.”

Saat ini cita-cita kaum Muslim untuk menegakkan kembali Khilafah menghantui Barat.

Putin, Presiden Rusia, pada bulan Desember tahun 2002 mengumumkan, “Terorisme internasional telah mengumumkan peperangannya atas Rusia dengan tujuan merampas sebagian wilayah Rusia dan mendirikan Khilafah Islamiyah.”

Alhasil, kriminalisasi dan monsterisasi Khilafah kemudian menjadi agenda internasional, yang diterapkan secara lokal di negeri-negeri Islam. Tujuannya tentu untuk menghalangi Khilafah kembali. Pengamat Politik Internasional, Farid Wadjdi, menjelaskan strategi Barat menghalangi penegakan Khilafah di antaranya dengan pendekatan lembut (soft approach), pendekatan keras (hard approach) dan pendekatan hukum (law/legal approach).

Pendekatan lembut (soft approach) dilakukan dengan terus menginfiltrasi ide Barat seperti demokrasi, sekaligus mengkriminalisasi ajaranajaran Islam. Barat berusaha mengaitkan kelompok-kelompok yang ingin menegakkan Khilafah dengan radikalisme dan terorisme.

Pendekatan kekerasan (hard approach) dilakukan dengan mengadu-domba dan memecahbelah internal umat Islam. Komunitas Internasional” terus melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam. Tujuannya untuk mengetahui siapa yang bisa dijadikan kawan dan siapa lawan. Mereka lalu mengatur strategi dengan “pengolahan” sumberdaya yang ada di Dunia Islam. Peristiwa pembubaran pengajian Ustadz Felix Siauw (yang dianggap radikal) oleh Banser GP Anshor (yang mewakili Islam tradisional) di Bangil beberapa waktu yang lalu adalah salah satu contoh implementasi dari “Mapping the Global Future” yang dilakukan oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Intelegent Council) atau NIC. NIC bukan sekadar meramal kondisi masa depan dunia, namun juga merancang “manajemen konflik” di internal umat Islam. Mereka antara lain membenturkan antara apa yang mereka sebut Islam fundamentalis dan Islam moderat. Mereka pun membuat istilah Islam tradisionalis vs Islam
modernis, lalu membenturkan apa yang mereka sebut dengan Islam Ekslusif dengan Islam Inklusif.

Adapun pendekatan hukum (Law Approach) adalah dengan membuat undang-undang. Kasus pembubaran HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) sangat transparan membuktikan fakta ini. Perppu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang) No 02 2017, yang kemudian disahkan oleh DPR menjadi UU, diterbitkan dengan alasan yang mengada-ada. Perppu diterbitkan dengan alasan kondisi kegentingan yang memaksa. Padahal eksistensi HTI berdakwah di Indonesia sudah lebih dari 15 tahun. Apanya yang genting? Pengesahan Perppu menjadi UU katanya untuk merawat NKRI. Faktanya, kelompok bersenjata di Papua (OPM) yang telah membunuh aparat serta menyandera tidak kurang dari 1.300
penduduk, diselesaikan dengan musyawarah. Miris dan ironis.

Khilafah Mengancam Barat

Sungguh Khilafah adalah ancaman serius bagi negara-negara imperialis. Khilafah sama sekali bukan ancaman atas kebhinekaan dan keragaman, bukan ancaman pepecahan. Bahkan Khilafah akan memelihara—dan memperluas—wilayah Indonesia. Negara-negara penjajah imperialislah yang paling berkeberatan atas kebangkitan kaum Muslim dengan Khilafah.

Terbitnya Khilafah merupakan mimpi buruk yang terus menghantui tidur imperalis Barat (dan Timur). Kekhawatiran akan bangkitnya Khilafah Islamiyah itu terungkap jelas dari mulut-mulut mereka. Henry Kissinger, dalam sebuah pidatonya di India pada 6 November 2004 M, dalam Konferensi Hindustan Times yang kedua, menyampaikan, “Ancaman-ancaman itu sesungguhnya tidak datang dari teroris, sebagaimana yang kita saksikan pada 11 September. Akan tetapi, ancaman itu sesungguhnya datang dari Islam fundamentalis ekstrem yang berusaha menghancurkan Islam
moderat yang bertentangan dengan pandangan pandangan kelompok radikal dalam masalah Khilafah Islamiah.”

Kissinger juga mengatakan, “Musuh utama sejatinya adalah kelompok ekstrem Fundamentalis yang aktif dalam Islam, yang pada saat yang sama ingin mengubah masyarakat Islam moderat dan masyarakat lain yang dianggap sebagai penghalang penegakan Khilafah.” (Newsweek edisi VIII/11/2004).

Surat kabar Al-Hayât pada 15/01/2005 M mempublikasikan sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Reuters di Washington. Laporan itu berisi prediksi-prediksi berdasarkan hasil muyawarah yang dihadiri oleh seribu ahli dari lima benua seputar ramalan masa-masa yang akan datang hingga 2020 M. Laporan itu bertujuan untuk mewujudkan kontribusi para intelijen dan politisi untuk menghadapi tantangan-tantangan tahun-tahun yang akan datang. Laporan itu menghawatirkan “masih terus berlangsungnya serangan terorisme”. Laporan itu membicrakan tentang empat skenario yang mungkin akan terus berkembang di dunia. Skenario ketiga yang diperingatkan oleh laporan itu adalah Al-Khilafah al-Jadîdah (Khilafah Baru).

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, di hadapan Konferensi Umum Partai Buruh pada 16/07/2005 M, mengatakan, “Kita sesungguhnya sedang menghadapi sebuah gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel dan mengusir Barat dari Dunia Islam serta menegakkan Daulah Islam tunggal yang akan menjadikan syariah Islam sebagai hukum di Dunia Islam melalui penegakan Khilafah bagi segenap umat Islam.”

Pada September 2005 M, Blair dengan terangterangan juga mengatakan, “Keluar kita dari Irak sekarang ini akan menyebabkan lahirnya Khilafah di Timur Tengah.”

Pada 06/10/2005 M, dengan terang-terangan Bush mengisyaratkan adanya strategi kaum Muslim yang bertujuan mengakhiri campur tangan Amerika dan Barat di Timur Tengah. Bush mengatakan, “Sungguh ketika mereka menguasai satu negara saja, hal itu akan menghimpun seluruh kaum Muslim. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghancurkan seluruh sistem di wilayah-wilayah itu dan mendirikan kerajaan fundamentalis Islam dari Spanyol hingga Indonesia.”

Menteri Dalam Negeri Inggris, Charles Clark, dalam sebuah sambutannya di Institute Heritage mengatakan, “Tak mungkin ada kompromi seputar kembalinya Khilafah dan tidak ada perdebatan seputar penerapan syariah Islam.”

Pada 05/12/2005 M, Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld, dalam sebuah komentarnya seputar masa depan Irak—pada saat itu ia berada di Universitas John Hopkins—mengatakan, “Irak tak ubahnya tempat lahirnya Khilafah Islamiyah baru yang akan membentang, mencakup seluruh Timur Tengah, dan akan mengancam pemerintahan-pemerintahan resmi di Eropa, Afrika dan Asia. Inilah rencana mereka. Mereka telah menegaskan hal ini. Kita akan mengakui sebuah kesalahan yang amat menakutkan jika kita gagal mendengar dan belajar.”

Seorang komentator Amerika, Karl Vic di Washington Post, 14/01/2006 M menulis sebuah laporan yang amat panjang. Di dalamnya ia menyebutkan bahwa kembalinya Khilafah Islamiyah yang selalu diserang oleh Presiden AS, George Bush, benar-benar sedang menggema di tengah-tengah mayoritas kaum Muslim.

Karl Vic menuturkan, “Kaum Muslim (saat ini) memang benar-benar menganggap diri mereka bagian dari satu umat yang akan membentuk esensi Islam, sebagaimana mereka melihat Khalifah adalah sebagai sosok yang layak untuk mendapatkan penghormatan.”

Pemimpin pasukan koalisi Salib yang bergabung di Irak, Richard Myers, juga mengatakan, “Bahaya sejati dan terbesar yang mengancam keamanan AS sesungguhnya adalah ektremisme yang bercita-cita mendirikan Khilafah sebagaimana pada abad ketujuh Masehi. Kelompok ekstremisme ini telah tersebar di berbagai wilayah yang jutru lebih banyak daripada di Irak…”

Semua itu karena, saat Khilafah kembali berdiri, Khilafah akan mengubur hidup-hidup peradaban kapitalis yang selalu menebar ragam tindak kezaliman di pelosok dunia. Dengan syariah Islam dalam naungan Khilafah itu ekonomi umat Islam akan diatur dengan sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi ribawi dan eksploitasi sumberdaya alam negeri Islam akan terhenti dan akan dikelola secara adil oleh sistem Islam. Ekonomi kapitalis akan bangkrut.

‘Ala kulli hâl, rezim ini dan Barat bisa saja melakukan kriminalisasi dan monsterisasi atas Khilafah. Mereka bisa saja membubarkan ormas yang memperjuangkan Khilafah. Mereka, dengan sangat arogan, bisa terus mempersekusi dan membubarkan pengajian tentang Khilafah. Mereka boleh saja tertawa saat mengadu domba internal umat Islam. Mereka pun bisa terus mematahkan “bunga-bunga peradaban Islam” yang mulai tumbuh. Namun, mereka tidak akan mampu membendung datangnya musim semi kebangkitan Islam. Mereka tidak akan mampu menghalangi tegaknya Khilafah sebagaimana mereka tak akan mampu menghalangi terbitnya matahari. Pasalnya, kembalinya Khilafah adalah janji Allah SWT dan bisyârah Rasulullah saw.

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَہُمُ ٱلَّذِى ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّہُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنً۬ا‌ۚ يَعۡبُدُونَنِى لَا يُشۡرِكُونَ بِى شَيۡـًٔ۬ا‌ۚ وَمَن ڪَفَرَ بَعۡدَ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku tanpa mempersekutu-kan apapun dengan-Ku. Siapa saja yang tetap kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah kaum yang fasik (QS an-Nur [24]: 55). []

0 Comments

Leave a Comment

19 − 12 =

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password